Jalan-jalan · Tips

Jalan Berlubang

Libur kemarin selama dua hari aku manfaatkan untuk menyetor muka ke rumah alias pulang kampung. Selain rindu keluarga juga ada urusan lain yang harus diselesaikan mengingat aku belum pernah memproses sendiri ke kantor pemerintahan. Lebih cepat lebih baik, itu prinsip yang aku pakai jadi bisa lebih cepat santai. Berangkat pulang pagi-pagi sekitar jam sembilan  sudah lumayan panas di jalan, karena aku tidak sendirian, laju kendaran tidak bisa seenaknya aku pacu akhirnya jarak panjang tersebut aku tempuh dalam waktu dua kali lipat dari biasanya jika aku sendirian.

Seperti biasa sampai di rambut siwi, aku sempatkan untuk sembahyang sambil istirahat sebentar. Setelah itu melanjutkan lagi perjalanan melewati hamparan sawah yang menghijau. Segar sekali rasanya saat melihat padi yang baru tumbuh setengah walaupun kendaraan yang lewat juga hampir memenuhi jalan, setidaknya mata bisa memandang objek segar ke samping dengan jarak pandang yang jauh karena kebetulan hari sedang cerah. Badan sudah semakin lelah, mata sudah mulai tidak kuat setelah puluhan kilometer aku tempuh, akhirnya sampai juga. sampai di rumah langsung buka “topeng dan baju pelindung”, minum air langsung tidur…lupa..tidak ingat apa-apa lagi..

Ya…dua hari tersa sangat singkat, karena memang singkat sekali. Belum sempat membantu apa-apa di rumah sudah memikirkan bahwa besok pagi harus kerja lagi. Ya sudah, sore di hari kedua siap-siap untuk berangkat lagi ke denpasar. Nah..disinilah letak permasalahannya, kenapa begitu malas menjalani jarak yang begitu panjang walaupun habis libur?? Salah satu penyebabnya adalah kondisi jalan yang kurang bagus. Disini aku cuma ingin menyalurkan sedikit…apa ya, kalau dibilang keluhan memang keluhan, kalau dibilang yang lain, entahlah intinya hanya penilaianku secara pribadi mengenai kondisi jalan, mungkin para pembaca juga pernah punya pikiran yang sama [ngarep.com…hehehe]

Jalan yang mana? Nah itu dia. Jalan yang aku maksud adalah jalan raya Denpasar-Gilimanuk yang setahuku berstatus sebagai jalan propinsi, karena yang bertanggung jawab adalah pemerintah propinsi. Betul gak? Kalau salah mohon dikoreksi. Disini aku bukan tidak mensyukuri apa yang sudah disediakan, tapi karena kerusakan ini sudah terlalu lama. Mengapa aku bilang seperti itu, ya karena selama aku mulai merantau 3 tahun lalu dan biasa pulang pergi melewati jalan raya Denpasar-Gilimanuk, aku sudah hapal jalan di bagian mana saja yang kondisinya rusak. Hampir semua lobang dan gundukan yang “tak sengaja terbentuk” pernah aku “coba”. Tapi seiring waktu karena sering melewatinya, saking “lamanya” kerusakan itu, sekarang aku jadi lumayan “lihai” menghindar walaupun kadang-kadang aku harus nyemplung juga ke lobang atau tidak sengaja “terbang” karen melewati gundukan.

Kalau siang memang lebih aman, karena kita masih bisa melihat jauh di depan untuk menghindar, tapi akan jadi masalah besar saat malam hari. Memang ada lampu penerangan jalan, tapi tidak sepanjang jalan. Karena ada beberapa daerah yang justru kondisi jalannya buruk, malah LPJ-nya minim atau tidak ada LPJ sama sekali. walaupun pesan “Hati-hati Di jalan” selalu terngiang di telinga, tapi ada saatnya kita harus memacu kendaraan lebih cepat, saat seperti itu lengah sedikit..fatal akibatnya..

Tidak menyalahkan juga karena jalan propinsi ini adalah jalur cepat satu-satunya untuk truk besar pembawa barang dari Pulau Jawa ke pusat Bali. Dengan bobot berton-ton setiap hari, lama-lama daya tahan jalan juga ada batasnya apalagi jika “kualitasnya” kurang bagus. Belum ada dua bulan ditambal sudah hancur lagi seperti sebelumnya bahkan lebih parah. Hmm..kita sebagai pengguna memang harus maklum dengan kondisi seperti itu sambil berharap hal itu bisa segera diatasi.

Mungkin aitu saja, jika tulisan ini aku lanjutkan mungkin akan semakin membosankan, bisa-bisa membaca tulisan ini sama membosankannya dengan melewati jalan berlubang dan berlipat di mana-mana..hehehe..

Walaupun jalan rusak, pesan di bawah ini tetap paling manjur:

Hati – Hati Di Jalan

Hanya Curhat Colongan… Peace 🙂

11 tanggapan untuk “Jalan Berlubang

  1. wah harus ada yang tanggap tuh untuk pembenahannya…………! daripada ada korban berikutnya. 🙂

  2. Saya menikmati jalanan Gilimanuk-Denpasar waktu backpacking bulan lalu, naik bis dari pelabuhan. Nggak begitu ngeh sih, soalnya terkantuk-kantuk di subuh buta 🙂

  3. Hehehe….iya kalo naik bus ga begitu terasa. Tapi akan terasa sekali kalau bawa motor, trus nyemplung beberapa kali ke lobang..makanya saya menghindari pulang malam.hehe..
    Makasi kunjungannya..salam kenal… 🙂

  4. Tamba, ban motorku pernah pecah gara-bara lubang berjalan, eh sorry, jalan berlubang maksudnya. Waktu itu aku melintasi wilayah Yehembang Kauh, karena membuntuti truk, akhirnya nggak bisa menghindari lubang yang datangnya cepat sekali.

    Mungkin lubang itu terlalu dalam, shg ban motorku jadi pecah…

    1. Kapan kejadiannya Bli? Semoga saja tidak terjadi malam hari. Kalau saya nyemplung di lobang yang cukup dalam juga tepat baru memasuki desa Bajra, gara2 ngekor Bus, lumayan membuat Velg motor goyang. Kapan ya jalan itu bisa mulus semua? Bisa dibilang gali lobang tutup lobang..hahaha…

Tinggalkan Balasan ke p3cel Batalkan balasan